Kamis, 28 Maret 2013

Penyakit yang disebabkan oleh polusi

POLUSI UDARA
Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular. Penyakit ini sering menyerang anak-anak, khususnya di negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan kotoran, pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea terlihat keruh.
Penanganan :
§  Jauhkan alat/benda yang sudah dipakai penderita dari orang lain.
§  Salep antibiotika mengandung tetracycline dan erthromycin biasanya akan diberikan selama satu bulan atau lebih.
§  Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada kornea sehingga menyebabkan bulu mata melipat ke dalam lalu terjadi gangguan penglihatan.
§  Pembedahan mungkin perlu dilakukan jika terjadi kelainan bentuk pada kelopak mata atau kornea.

Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Penyebab
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
*       Sinusitis kronis
*       Bronkiektasis
*       Alergi
*       Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
*       Berbagai jenis debu
*       Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
*       Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
*       Tembakau dan rokok lainnya.
Gejala
Gejalanya berupa:
*       batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
*       sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
*       sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)
*       bengek
*       lelah
*       pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
*       wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
*       pipi tampak kemerahan
*       sakit kepala
*       gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Sesak napas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi napas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.
Diagnosis
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernapasan yang abnormal.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
*       Tes fungsi paru-paru
*       Gas darah arteri
*       Rontgen dada.
Pengobatan
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Nefritis
Nefritis adalah peradangan pada ginjal yang terjadi karena infeksi bakteri penyakit pada nefron. Bakteri ini masuk melalui saluran pernafasan kemudian dibawa darah ke ginjal. Karena infeksi ini nefron mengalami peradangan sehingga protein dan sel – sel darah yang masuk bersama urine primer tidak dapat disaring dan keluar bersama urine. Selain itu, nefritis dapat menyebabkan uremia, yaitu ureum yang masuk dalam darah melebihi kadar normal. Terdapatnya ureum di dalam darah dapat menyebabkan penyerapan air terganggu, selanjutnya air akan menumpuk di kaki atau organ tubuh yang lain.
Selain itu, nefritis dapat diakibatkan karena suatu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. Tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria (protein di dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya reaksi kekebalan.
Pneumonia
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang menginfeksi paru-paru khususnya di alveolus. Penyakit ini menyebabkan oksigen susah masuk karena alveolus dipenuhi oleh cairan. Pencegahnnya dengan cara selalu memelihara kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh tetap kuat dapat mencegah agar bakteri tidak mampu menembus pertahanan kesehatan tubuh. Apabila telah menderita pneumonia, biasanya disembuhkan dengan meminum antibiotik.
Eksim
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar'.
Tipe
Beberapa tipe eksim yang ada adalah:
*       Dermatitis atopik: salah satu jenis eksim yang paling sering dijumpai dan merupakan penyakit turunan. Dermatitis atopik umumnya dimulai ketika bayi dan masih anak-anak dengan gejala berupa gatal, radang kulit, dan pada sebagian penderita sering timbul asma dan demam hay (hay fever)
*       Dermatitis kontak: meliputi dermatitis kontak alergik dan iritan. Dermatitis kontak alergik disebabkan oleh reaksi kekebalan tertunda (delayed immune system) akibat kontak kulit dengan senyawa alergenik sehingga menyebabkan radang kulit dalam 48 jam setelah paparan terjadi. Beberapa agen penyebab eksim jenis ini adalah jelatang, parfum, pengawet kosmetik, metal, dan pewarna. Dermatitis kontak iritan terjadi karena paparan senyawa iritan yang dapat merusak kulit secara kimiawi, contohnya sabun keras, detergen, dan produk pembersih lainnya. Senyawa iritan tersebut dapat menghilangkan minyak dan kelembaban dari lapisan luar kulit, kemudian merusak lapisan pelindung dan memicu terjadinya peradangan.
*       Eksim numular: beberapa plak eksim yang biasanya berhubungan dengan kulit kering dan terjadi pada bagian luar dari kaki, tangan, dan lengan.
*       Eksim stasis: jenis eksim kronis pada daerah bawah kaki bagian dalam yang berkaitan dengan varises

Gejala

Gejala utama dari timbulnya eksim ringan adalah daerah halus, sedikit memerah kering, bersisik, dapat menimbulkan gatal ataupun tidak, dan biasanya terdapat pada kaki atau lengan.Pada penderita eksim akut, kulit akan mengalami gatal yang intens, biasanya terjadi di bagian depan siku, belakang lutut, dan wajah Namun, setiap daerah kulit mungkin terpengaruh. Selanjutnya, kulit menjadi lebih sensitif terhadap kain gatal, terutama wol Pada musim dingin, eksim akan menjadi makin parah karena udara di dalam ruangan sangat kering

Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa material yang dapat memperburuk eksim adalah pasir, debu, deterjen, sabun, busa sabun, parfum, stres, gangguan emosi, klorin, serta penggarukan dan penggosokan. Suhu lingkungan yang ekstrem, seperti cuaca dingin dengan kelembaban yang rendah dan udara kering, juga memperburuk penyakit ini Pada beberapa kasus, alergi terhadap makanan juga memengaruhi eksim. Contohnya makanan seperti susu sapi, ikan, telur, jeruk, kacang, dan gandum.

Pengobatan

Eksim ringan tidak memerlukan pengobatan, tetapi hidrasi kulit harus dijaga supaya tidak terlalu kering. Di antaranya dengan menggunakan krim hidrokortison pada area kulit yang terinfeksi beberapa kali dalam sehari.Untuk penderita eksim akut, dapat menggunakan krim steroid atau obat antihistamin untuk mencegah atau mengontrol rasa gatal.Beberapa pengobatan lain untuk mengatasi eksim meliputi kompres dingin, antibiotik, kortikosteroid, dan fototerapi



Campak ( rubella ).
Campak yaitu penyakit akut menular yang dikarenakan oleh virus. umumnya menyerang anak-anak. tanda-tanda awal campak yaitu demam, pilek, bersin, badan merasa lesu, sakit kepala, nafsu makan alami penurunan mencolok serta radang mata. sesudah sekian hari dari tanda-tanda tersebut timbul ruam merah yang gatal, jadi tambah besar, tersebar ke bagian-bagian tubuh.
POLUSI TANAH
Impetigo.
impetigo yaitu penyakit kulit menular yang umumnya dikarenakan oleh bakteri. impetigo mengakibatkan kulit jadi gatal, melepuh diisi cairan serta kulit jadi merah. impetigo amat gampang berlangsung pada anak berumur dua hingga enam th.. bakteri umumnya masuk ke didalam kulit melewati gigitan serangga, luka, atau goresan. kebersihan amat mutlak untuk orang yang alami impetigo.
MalariaAir
MalariaAir yang tercemar atau limbah mentah mungkin bercampur dengan tanah di daerah di mana curah hujan biasanya berat, seperti di daerah tropis. Protozoa yang menyebabkan malaria dan nyamuk-nyamuk yang bertindak sebagai pembawa berkembang dalam kondisi tersebut; propagasi meningkat sehingga baik dari protozoa dan nyamuk menyebabkan wabah malaria sering.
POLUSI AIR

Pestisida Atrazine

Atrazine adalah satu dari pesitisida yang digunakan secara luas di dunia yang telah menimbulkan malapetaka dengan kehidupan seks kodok jantan karena dapat mengebiri tiga perempat dari kodok tersebut dan mengubah satu diantara sepuluh kodok jantan menjadi kodok betina, demikian menurut studi oleh para ahli biologi di Universitas California Berkeley (UCB).
Sekitar 75% kodok yang secara kimiawi dikebiri dapat dinyatakan ‘mati’ karena ketidakmampuan mereka bereproduksi dialam bebas, demikian dilaporkan oleh Tyrone B. Hayes seorang Profesor bidang biologi integratif  di UCB.
“Kodok jantan ini kehilangan testosterone dan semua hal yang dikontrol oleh testosterone termasuk sperma. Sehingga fertilitas mereka jadi rendah hingga tinggal 10% dalam beberapa kasus, dan  ini terjadi jika kita mengisolasi mereka dan memasangkannya dengan betina” katanya. “Dalam suatu lingkungan dimana mereka saling bersaing dengan binatang yang tidak terpapar oleh pestisida ini membuat mereka tidak memilki kesempatan bereproduksi”
Sisanya 10%  atau lebih berubah dari jantan menjadi  betina - sesuatu yang tidak diketahui terjadi dibawah kondisi normal dalam kelas ampibi – yang berhasil mengawini kodok jantan namun karena mereka secara genetik adalah jantan maka semua anak-anak mereka adalah jantan.
“Ketika anak-anak kodok ini kita kembangkan, tergantung dari familinya, kita akan mendapatkan kesempatan  memperoleh 10 – 50% kodok dengan jenis kelamin betina” kata  Hayes.  “Dalam suatu populasi kodok yang secara genetika adalah jantan dan betina dapat mengurangi atau menghapuskan populasi hanya karena rasio / jumlah jenis kelamin mereka yang menyimpang sangat tinggi”
Meskipun eskperimen telah dilakukan pada suatu laboratorium kodok,  yaitu kodok bercakar Afrika (Xenovus leavis), pada studi lapang terindikasi bahwa atrazine menjadi sebagai sesuatu yang berpotensi mengganggu endokrin  yang juga mempengaruhi kodok dalam skala luas dan mungkin menjadi salah satu penyebab berkurangnya ampibi ini diseluruh dunia , kata Hayes.
Hayes dan rekan-rekannnya di UCB melaporkan hasil penelitian secara online pada jurnal Proceedings edisi awal minggu ini dari Akademi ILmu Pengetahuan Nasional (National Academy of Sciences). Minggu lalu Hayes dan rekan-rekan telah menerbitkan sebuah ulasan tentang efek pestisida terhadap ampibi dalam Journal of Experimental Biology, dan menyimpulkan bahwa atrazine adalah suatu kontributor yang potensial terhadap turunnya populasi ampibi diseluruh dunia.
“Masalah–masalah ini, seperti hewan dengan kelainan seks dan rasio penyimpangan seks lebih berbahaya daripada zat kimia yang bisa membunuh seluruh populasi kodok” katanya. “Dalam populasi yang terpapar oleh atrazine, kelihatan ada perkembangbiakan kodok namun sebenarnya populasi mereka secara perlahan menurun dengan munculnya hewan yang berubah kelamin ini”
Sekitar 80 juta pon herbisida atrazine telah dipakai setiap tahun di Amerika pada tanaman jagung dan sorgum untuk mengontrol alang-alang dan meningkatkan hasil tanaman, tapi dengan penggunaannnya yang pesat juga telah membuat atrazine menjadi pestisida yang paling banyak dipakai yang dapat mengkontaminasi tanah dan permukaan air, demikian menurut beberapa studi.
Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa atrazine mengganggu hormon endokrin sepertti estrogen dan testosterone pada ikan, ampibi, burung, binatang melata dan hewan pengerat laboratorium dan bahkan jaringan sel  manusia pada tingkat ppb (parts per billion) tertentu. Studi baru-baru ini juga menemukan suatu penyebab yang berhubungan dengan cacat sewaktu lahir dan kelahiran dengan bobot  tubuh yang ringan sebagai akibat paparan atrazine ketika masih dalam rahim.
Sebagai hasil dari studi ini, Badan Pengawas Lingkungan (EPA) sedang meninjau regulasi terkait dengan pemakaian pestisida atrazine. Beberapa negara bagian sedang mempertimbangkan pelarangan atrazine dan telah ada enam  tindakan hukum berupa class action diupayakan dalam rangka mengeliminasi penggunaanya.  Uni Eropa sudah menyetop pemakaian atrazine.
Studi Hayes diawal tahun 2000an adalah yang pertama menunjukkan adanya efek hormonal dari atrazine yang telah mengganggu perkembangan seks pada hewan ampibi.  Bekerjasama dengan kodok bercakar Afrika, Hayes dan rekan-rekan menunjukkan pada tahun 2002 bahwa kecobong yang dibudidayakan dalam air yang tercemar oleh atrazine menjadi hermaprodit – dalam tubuh mereka berkembang kedua jenis kelamin berupa indung telur (ovarium) dan buah zakar penghasil sperma (testes). Hal ini terjadi pada tingkat pemakaian atrazine 0.1 pbb, jumlah yang 30 kali lebih rendah dari jumlah yang dibolehkan untuk air minum oleh EPA yaitu 3 pbb.
Beberapa studi terdahulu menunjukkan bahwa kodok jenis leopard (Rana Pipiens) yang dikumpulkan dari hulu sungai yang tercemar oleh atrazine di daerah Midwest termasuk dari daerah hingga 1000 mil dari tempat dimana atrazine digunakan, sering masih menyimpan telur-telur dalam testes mereka. Dan masih banyak kodok jantan lainnya yang memiliki testosterone yang lebih rendah daripada kodok betina yang normal dan memiliki kantong suara yang lebih kecil yang dapat mengurangi kemampuan mereka mengajak kodok lain kawin.
Penelitian Hayes juga mengukuhkan bahwa banyak kodok didaerah hulu sungai Midwestern telah tercemari  oleh atrazine dan pestisida lainnya hinggga melemahkan sistem kekebalan yang berujung pada peningkatan mortalitas akibat penyakit bakteri.
Studi terdahulu tersebut  dipersulit  oleh ketidakmampuan kita untuk membedakan dengan mudah mana kodok yang secara genetika jantan dengan kodok yang berkelamin betina. Kodok jantan memilki dua kromosom seks yang identik (ZZ) sedangkan kodok betina memiliki sebuah kromosom Z dan sebuah Kromosom W – kebalikan kromosom XX untuk wanita dan XY untuk laki-laki pada manusia. Namun karena semua kromosom kodok kelihatan sama dibawah mikroskop, maka tidaklah mudah untuk membedakan antara kromosom jantan dan betina.
Untuk mengatasi hal ini, rekan Hayes  bernama Roger Liu telah mengembangkan satu kumpulan yang terdiri dari semua kodok jantan sehingga genetikanya menjadi jelas.
Sebelumnya, kita tahu bahwa kita memiliki lebih sedikit jantan dari yang seharusnya dan kita mendapatkan kodok-kodok hermapodit. Kini  kita telah bisa menunjukkan dengan jelas bahwa banyak dari hewan ini jadi jantan akibat perubahan seks.
Secara kebetulan sebuah laboratorium pada tahun 2008 juga menemukan suatu pertanda adanya genetika yang terkait dengan seks bernama Xenopus sehingga Hayes meyakinkan genetika seks dari kodok-kodok ini.
Pada studi Hayes ditemukan ada 40 kodok yang hidup sekitar tiga tahun setelah menetas dalam air dengan kandungan 2.5 pbb atrazine, dan sekitar 10% dari kodok tersebut nampak kebal terhadap pengaruh pestisida. Dalam studi yang masih berlangsung, Hayes sedang menginvetigasi apakah kekebalan yang terlihat ini diturunkan demikian juga apakah kodok jantan dengan perubahan seks ini mempunyai keturunan yang lebih rentan.
Syngenta yang memproduksi atrazine menolak hampir semua studi ini termasuk oleh Hayes yang menunjukkan adanya pengaruh yang merugikan dari pestisida. Namun Hayes berkata bahwa” ketika anda telah mempunyai semua hasil studi dari seluruh dunia yang menunjukkan ada masalah dengan atrazine pada setiap binatang bertulang belakang yang diteliti – ikan, kodok, binatang melata, burung, mamalia – semuanya tentu tidak bisa dipersalahkan.
Apa yang orang perlu kita sadari adalah bahwa, sama halnya dengan meminum obat-obatan,  mereka harus putuskan apakah keuntungan yang didapat lebih banyak dari kerugian yang ditimbulkan” katanya. “Tidak setiap kodok atau manusia akan terpengaruh oleh atrazine, tapi apakah anda ingin tetap mau mengambil kesempatan dengan semua temuan tentang pemakaian atrazine, tidak hanya pada manusia tapi  juga pada binatang pengerat di laboratorium dan kodok serta ikan?”
Kudis
Kudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit
Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk hampir bulat dengan 8 kaki pendek, pipih, berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis . Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki ke-3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar